Tak Akan Pernah Sempurna oleh Dewi Mustika el Mizar

Rembulan saja selalu tersenyum, dan bintang-bintangpun selalu ceria, lantas atas dasar apa kita harus mati terbunuh oleh rasa kekakuan sikap yang hanya memunculkan kegelisahan saja. Acapkali kita sering terjebak dalam sikap yang menimbulkan kesedihan, perpecahan, bahkan sampai pada kegundahan jiwa. Dan tanpa disadari terkadang itu mengendap menjadi sebuah kebiasaan yang mencuri sisi-sisi produktif yang kita miliki. Seperti kebiasaan memandang rendah, menekan, mencela, ngedumel dibelakang, dan meremehkan orang lain adalah termasuk diantaranya. Ternyata sikap-sikap itu juga dapat menghilangkan nilai pahala, dan makin menambah dosa serta menimbulkan perasaan tidak tenang dalam hati dan jiwa. Karenanya, alangkah baiknya kita saling mengingatkan, menasehati dan menyibukkan diri kita untuk membenahi berbagai kekurangan dan kesalahan, bukan dengan mengurusi aib dan kesalahan orang lain.

Sungguh Allah tidak menciptakan kita sempurna dalam segala-galanya dan selalu terjaga dari dosa. Setiap kita pasti menanggung dosa dan memiliki kekurangan. Adalah salah besar, bila kita berfikir bahwa hidup ini harus memberi kepada kita kebaikan seratus persen. Itu hanya bisa terwujud disurga nanti. Didunia ini, segala sesuatu bersifat nisbi, tidak semua yang kita inginkan menjadi kenyataan. Bahkan apa yang disebut dengan musibah, ujian dan cobaan itu pasti akan datang menerpa, kepada siapa saja dan dimana saja.

Maka bersyukurlah kita tatkala mendapatkan kesenangan dan bersabarlah ketika tertimpa musibah. Jangan mengkhayal, bahwa dalam hidup ini kita akan sehat tanpa pernah sakit, selalu kaya dan tidak pernah miskin, selalu merasa benar tanpa ada salah, selalu merasa untung dan tak pernah rugi, mendapatkan suami/istri yang tanpa cela dan teman tanpa aib, semua ini mustahil terjadi. Lihatlah hal-hal yang positif itu akan cenderung mencerahkan dan membuat kita selalu survival dalam mengaruhi kehidupan ini.

Memanfaatkan anugerah Allah yang ada dibumi sebagai bekal untuk menjalankan ketaatan kepada Allah, mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dan memuji kebesara-Nya. Jangan menjadikan nikmat-nikmat itu justru musfro terbuang sia-sia, membuat kita selalu diliputi oleh kesedihan, kerisauan, kecemasan dan kegalauan. Sebab dengan begitu kita akan menjadi orang yang keras kepala dan congkak. Allah tidak menciptakan nikmat-nikmat ini kecuali sebagai sarana untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Berbaik sangka dan suka memaafkan kesalahan orang lain, itu jauh lebih indah, meski terkadang berat diungkap dalam nyata. Namun yakinlah itu akan membuat bahagianya jiwa. Dan cukuplah kita hanya bergantung kepada Allah semata. Sebab manusia sangatlah tidak pantas untuk dijadikan sandaran dan tempat menyerahkan segala urusan. Berbahagialah mereka yang senantiasa sibuk memperbaiki diri sendiri untuk bisa lebih produktif dan bermanfaat buat orang lain. Jangan biarkan ada tempat-tempat gelap dalam kehidupan kita. Sebab cahaya telah tersedia dan kita tinggal memencet tombol untuk menyalakannya. Salam Istimewa! (Metrouniv.ac.id)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan

nineteen + 20 =