Pak Bustasar : Sebuah Obituari : Oleh Dr. As’ad Muzzammil, MH. Mediator. Kepala Perpustakaan Bait Al Hikmah IAIN Metro

 

“Innalillahi wa Inna Ilaihi raji’un telah berpulang ke Rahmatullah bapak kita, Kepala biro AUAK IAIN Metro bapak Bustasar siang ini. Semoga husnul khotimah. Aamiin. Info dari sespri kabiro dihubungi oleh istri beliau (bu sukma).”

Demikian berita dukacita yang diposting oleh Mas Sarto Sutik, Sub Koordinator Humas– di group Keluarga Besar IAIN Metro yang saya kutip secara verbatim siang tadi. Sekelebat –saat itu juga—bayangan wajah Almarhum beredar di benak dan fikiran saya. Kepala Biro AUAK IAIN Metro itu menghembuskan nafas terakhirnya di Kota Bengkulu. Kota yang sempat menghantarkan karier PNS-nya pada jabatan puncak di Kementerian Agama sebagai Kepala Kantor Kemenag Provinsi Bengkulu Masa jabatan 2015-2020 sebelum kemudian digantikan oleh Dr. Zahdi, Kepala AUAK IAIN Metro periode 2017-2020. Mereka berdua memang seakan saling bertukar posisi dan jabatan, karena sebelumnya Dr. Zahdi sendiri adalah pejabat struktural di Kementerian Agama Provinsi Bengkulu.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, Drs.H.Bustasar MS, M.Pd merupakan putera kedua dari 8 bersaudara yang lahir di Tanah Sirah, Padang, Provinsi Sumatera Barat 57 tahun lalu, dari buah perkawinan antara Bujang dengan Ibu Rosna.
Dalam perjalanan perkawinannya, Bustasar menikah dengan seorang gadis Aceh bernama Sukmawati dan dikaruniai satu orang anak yakni Muhammad Hafifur Razaq yang lahir pada tahun 2002. Jenjang S1-nya diselesaikan pada fakultas Tarbiyah dengan mengambil jurusan Tadris Bahasa Indonesia dan lulus pada Tahun 1990 di Institut Agama Islam Negeri Padang. Setelah memperoleh gelar Dokterandus, Bustasar mengadu nasib di Provinsi Bengkulu dengan mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil pada Departemen Agama, dan dinyatakan lulus dan mendapat tugas pertama kali mengajar di Madrasah Aliyah Negeri 1 jarak jauh Kepahiang yang saat itu masih bergabung dengan Kabupaten Rejang Lebong. Bustasar lalu menempuh Pendidikan Strata 2 (S2) pada Program Magister Pendidikan dan lulus Tahun 2008. Dan saat ini beliau tercatat tengah menempuh pendidikan Strata 3 (S3) pada Program Doktoral Universitas Bengkulu.

Liku-liku perjuangan dan karirnya semuanya ditempuh di Provinsi Bengkulu. Sebagai putra berdarah Minang Bustasar mengawali kariernya sebagai CPNS Pangkat/Golongan III/a dengan tugas sebagai pengajar atau guru. Pada tahun 1997 Bustasar diberi kepercayaan sebagai Wakil Kepala MAN Kepahiang Bidang Kurikulum dan selanjutnya ditahun 1999 Bustasar diangkat menjadi Kepala Madrasah Aliyah Swasta Darul llmi Kabupaten Mukomuko. Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 2000 Bustasar dipercaya menjadi Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Lubuk Mukti Mukomuko. Tahun 2001 menjadi Kepala Madrasah Aliyah Negeri l Ipuh. Karir kepegawaianya terus meningkat sampai pada akhirnya Bustasar menduduki jabatan struktural sebagai Kepala Departemen Agama Kabupaten Mukomuko yang dilantik pada April tahun 2005. Sebagai Kepala Kemenag Pertama di kabupaten Mukomuko sejak Mukomuko resmi menjadi Kabupaten kala itu. Delapan tahun dipercaya memimpin di Kabupaten Mukomuko, kemudian Bustasar juga pernah menjadi Kepala Kemenag Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Bengkulu Utara.

Setelah menjalani karier menduduki jabatan esselon 3 pada 3 kabupaten berbeda di Provinsi Bengkulu, akhirnya pada akhir tahun 2015 Bustasar dipercaya Menteri Agama Republik Indonesia menjadi Pgs. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu.
Sampai pada akhirnya pada 10 Oktober 2016 ia dilantik menjadi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu hingga 15 September 2020 dan dilanjutkan dengan jabatan sebagai Kepala Biro AUAK IAIN Metro hingga kini, hingga akhir hayatnya.

Saya sendiri tidak mengenal dekat Almarhum. Hubungan yang terjalin pun lebih ke hubungan formal birokrasi. So, Mungkin tidak terlalu banyak momen, stori dan histori yang terekam dalam kebersamaan dengan Almarhum dalam waktu yang sangat singkat ini. Tetapi dalam durasi yang sebentar itu saya menyaksikan beliau adalah orang yang baik dan orang yang siap berdiri di depan membela anak buah. Saya merasakan aura itu dalam suatu momen. Tipikal Pemimpin yang tidak membiarkan anak buah salah. Dan jikapun anak buah salah maka sedikit banyak ada andil Pemimpin di sana. Dus oleh karena itu Pemimpin tidak boleh berlepas tangan atas kesalahan anak buah. Prinsip itulah yang ada dalam diri Pak Bustasar yang saya kenang. Dan kini orang baik itu telah kembali ke pangkuan-Nya. Telah paripurna menjalani takdir-Nya.

Selamat jalan Pak Bustasar.

Semoga Allah melapangkan jalanmu menuju ke surga-Nya.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan

16 − sixteen =