Perpustakaan Bukan Hanya Tentang Buku, tetapi Juga Tentang Kamu Oleh Ita Noviatiningsih

Judul                                     : Tentang Kamu

Penulis                                 : Tere Liye

Genre                                   : Fiksi, drama, perjalanan hidup

Rating versi saya             : 4.9/5

Sebagai pustakawan, saya terbiasa melihat mahasiswa mondar-mandir dengan ekspresi penuh beban. Tugas, skripsi, presentasi. Perpustakaan menjadi ruang pelarian paling sunyi, tapi juga paling jujur. Di tempat ini, tidak ada yang perlu dikejar, kecuali ketenangan.

Mengawali bulan Juli ini, saya ingin membagikan satu hal yang saya temukan di sela-sela kesibukan melayani mahasiswa yang mengurus bebas pustaka: sebuah novel berjudul Tentang Kamu karya Tere Liye. Saya ingin mengulasnya dengan jujur dan memberi sedikit bocoran kenapa buku ini pantas dibaca lebih dari satu kali.

Novel ini tidak serta-merta menyodorkan cerita yang meledak-ledak. Ia pelan, tapi mengikat. Dari halaman pertama, saya merasa seperti diajak duduk diam, mendengarkan kisah yang panjang tapi penuh makna.

Berawal dari dokumen warisan bernilai triliunan rupiah, kisah ini mulai bergulir ketika Zaman Zulkarnain—seorang pengacara muda dari firma hukum ternama di London—ditugaskan menyelidiki latar belakang Sri Ningsih untuk proses pembagian harta. Namun apa yang ia temukan jauh melampaui angka-angka di atas kertas. Setiap dokumen, setiap potongan data yang ia buka, justru membuka pintu ke masa lalu yang tak ternilai.

Melalui penyelidikan itu, kita diajak menyusuri jejak kehidupan Sri Ningsih dari sebuah pulau kecil di Indonesia, hingga ke sudut-sudut kota di Eropa. Dari ruang tahanan hingga ruang rumah sakit, dari kesepian hingga keberanian untuk tetap hidup meski berkali-kali dikhianati. Cerita ini perlahan tumbuh dari sekadar urusan warisan menjadi perjalanan batin yang menyentuh dan menggetarkan.

Tere Liye menulis dengan gaya yang mengalir, tenang, dan dalam. Kalimat-kalimatnya lugas dan padat, tapi memukul dengan tepat. Tanpa perlu metafora yang rumit atau dialog berlebihan, setiap bab dalam buku ini terasa memiliki tempat tersendiri. Plot-nya bergerak dengan ritme yang stabil, tidak terburu-buru namun juga tidak bertele-tele.

Salah satu hal yang membuat buku ini begitu membekas adalah pesan-pesannya. Bahwa kebaikan kadang tersembunyi dalam penderitaan. Bahwa tidak semua luka harus disembuhkan dengan air mata. Beberapa cukup dengan pengertian, penerimaan, dan kesediaan untuk melangkah lagi. Dan yang paling penting: bahwa setiap orang punya cerita yang layak didengar, sejauh apapun mereka tampak dari hidup kita.

Saya ingat satu kutipan yang membuat saya berhenti membaca sejenak:

“Beberapa luka memang tidak untuk disembuhkan. Tapi dipeluk, agar tidak terasa terlalu dingin.”

Buku ini bukan hanya tentang Sri Ningsih atau Zaman. Tapi juga tentang kita yang pernah merasa kehilangan arah, yang pernah menyimpan luka terlalu dalam, dan yang diam-diam ingin dimengerti oleh seseorang tanpa harus menjelaskan segalanya.

Perpustakaan Bait Al Hikmah UIN Jusila memiliki banyak koleksi buku. Tapi Tentang Kamu memberi saya sesuatu yang lebih: sebuah ruang hening untuk meresapi hidup orang lain, dan merefleksikan hidup saya sendiri.

Jadi kalau suatu hari kamu sedang lelah dengan teori dan jurnal ilmiah, mampirlah ke rak 800. Mungkin kamu tidak sedang mencari Zaman Zulkarnain. Tapi bisa jadi, dia sedang menunggu kamu untuk ditemukan.

Sebuah ulasan oleh seorang pustakawan yang diam-diam jatuh cinta pada Zaman Zulkarnain.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan

eighteen − 4 =