Dalam Derita Ada Bahagia oleh Dewi Mustika el Mizar

Setiap kita pasti menginginkan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan ini, dan mungkin ini adalah hal yang manusiawi. Barangkali juga tak ada orang yang pengen hidupnya menderita didunia ini. Bisa terbayang nggak ya? seandainya hidup ini isinya cuman rasa ‘bahagia tok, seneng mulu’ tanpa ada rasa sedih, hemm…..mustahil kan ya,,,,ada bahagia pasti ada derita, itulah lawan kata keduanya yang sudah menjadi hukum alam. Andaikan kebahagiaan dan kesedihan itu ada dalam parcel-parcel dan dijual disupermarket, bisa dipastikan parcel kebahagiaan laris manis bak kacang goreng. Parcel kesedihan tak laku, hemm…mungkin tak ada yang jual!

Allah telah menakdirkan adanya dua hal yang berlawanan. Apabila sesuatu telah sampai pada batasnya, ia akan berubah menjadi kebalikannya. Apabila malam sudah mengambil bagiannya dan telah menghabiskan perjalanannya, ia akan disusul oleh sang fajar, dan sebaliknya. Ini sudah menjadi aturan yang baku dan kaidah yang tidak bisa diubah, sampai kapanpun.

Mengarungi samudera kehidupan itu tidak berasa asin selalu, seperti asinya air laut. Allah sudah bekali kita komplit dengan seabrek perasaan untuk merasakan aneka macam rasa dalam kehidupan ini dikala kita sedang ditimpa musibah [penderitaan/sedih] ataupun diberikan kebahagiaan. Allah tidak memberikan rasa kepada kita satu rasa saja, oleh karenanya kita yang harus fleksibel dalam merasakan rasa-rasa kehidupan ini, agar kita tidak terlarut dalam satu rasa sehingga melupakan rasa lain, yang terkadang menjadikan pribadi kita down, pesimis, stress, bahkan berakhir dengan tragis jika perasaan negatif sudah merasuk dalam hati dan fikiran kita. Celaan orang lain terhadap kita sesekali tidak akan pernah mencelakai kita. Karena itu, kita jangan takut terhadap kata-kata buruk yang dilontarkan orang kepada kita secara zalim, lewat sindiran lisan/ciutan medsos, ataupun permusuhan. Sebab, kata-kata itu hanya akan merugikan orang yang mengucapkannya, tidak akan merugikan kita. Sesekali kita belajar menjadi orang tuli atau orang cuek ketika mendengar nada irama negatif yang mencoba masuk dalam diri.

Kita bisa mengambil hikmah bahwa kesempitan didunia tidak ada yang abadi. Cepat ataupun lambat ia pasti akan berlalu dan digantikan kelapangan. Semua kesulitan pada mulanya besar, kemudian akan mengecil. Kepanikan yang ditimbulkannya tidak akan berlangsung lama, benturan dan tekanan yang dimunculkannya terjadi hanya pada awalnya saja. Lalu mengerut, mengecil dan akhirnya menghilang. Seperti luka yang menganga yang menebarkan rasa nyeri pada awalnya, secara pelan tapi pasti rasa nyeri itu berkurang, kemudian hilang sama sekali dan akhirnya sembuh.

Kita harus sabar menghadapi benturan pertama, supaya kita beroleh pahala. Kesenangan terkadang membuat kita sering lupa dan lalai dari rasa syukur kepada Allah, jika sudah terbentur musibah mendadak membuat kita selalu terkejut dan down. Sabar pada benturan pertama merupakan ciri khas orang-orang mulia. Ketika kita ditimpa musibah, jangan mengira bahwa kita akan menderita seterusnya. Tertimpa musibah memang menyakitkan, tetapi tidak akan selamanya demikian. Musibah itu seperti tamu. Ia pasti akan meninggalkan kita. Sedikit demi sedikit menjauh, lalu menghilang sampai akhirnya benar-benar tidak kelihatan.

Salah satu kasih sayang dan kebaikan Allah adalah Dia memberi kita kekuatan jiwa agar siap menghadapi walaupun dengan susah payah, dan kesiapan beradaptasi dengan kesulitan walaupun banyak mengeluh, cukup mengeluh kepada Allah. Musibah tidak akan menghabisi kita seperti maut. Musibah diturunkan dengan tujuan menyucikan, menguji, memberi pelajaran dan menghapuskan dosa. Salam Istimewa! Wallahua’lam bishawab.

@metrouniv.ac.id.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan

19 + 6 =